Minggu, 17 April 2011

Pengantar Ilmu Sosial Budaya

­­PENGANTAR ILMU SOSIAL BUDAYA
02






OLEH:
Dani Nugroho
:
F0B010015
Didik Setiawan
:
F0A010002


PROGRAM DIII ANALISIS KIMIA DAN KIMIA INDUSTRI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2010/2011



KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur atas rahmat dan ridho ALLAH SWT. Karena tanpa rahmat dan ridhoNya, kami tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai tepat waktu. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Drs.Budi Harjo S,pd. selaku dosen pengampu Ilmu Sosial dan Budaya yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan kepada teman-teman kami yang selalu setia membantu kami dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini.
Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang Manusia, Nilai, Moral dan Hukum. Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui. Maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman-teman maupun dosen. Demi tercapainya makalah yang sempurna.




Jambi, 07 april 2011


Penyusun


DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................i
Daftar Isi.....................................................................................................ii
BAB I
Pendahuluan................................................................................................1
Latar Belakang............................................................................................1
Rumusan Masalah.......................................................................................2
BAB II
Pembahasan.................................................................................................3
Pengantar Ilmu Sosial Dan Budaya............................................................3
ISBD Sebagai MBB Dan Pendidikan Umum.............................................21
ISBD Alternatif Pemecahan Masalah.........................................................25
BAB III
Kesimpulan..................................................................................................31
Saran............................................................................................................31



BAB I
LATAR BELAKANG
Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan memiliki keberagaman suku,agama,ras,budaya dan bahasa daerah. Indonesia meliliki lebih dari 300 suku bangsa. Dimana setiap suku bangsa memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain.asuku bangsa merupakan bagian dari suatu negara. Dalam setiap suku bangsa terdapat kebudayaan yang berbeda-beda.selain itu masing-masing suku bangsa juga memiliki norma sosial yang mengikat masyarakat di dalamnya agar ta’at dan melakukan segala yang tertera didalamnya. Setiap suku bangsa di indonesia memiliki norma-norma sosial yang berbeda-beda. Dalam hal cara pandang terhadap suatu masalah atau tingkah laku memiliki perbedaan. Ketika terjadi pertentangan antar individu atau masyarakat yang berlatar belakang suku bangsa yang berbeda,mereka akan mengelompok menurut asal-usul daerah dan suku bangsanya (primodialisme). Itu menyebabkan pertentangan\ketidakseimbangan dalam suatu negara(disintegrasi).Secara umum, kompleksitas masyarakat majemuk tidak hanya ditandai oleh perbedaan-perbedaan horisontal, seperti yang lazim kita jumpai pada perbedaan suku, ras, bahasa, adat-istiadat, dan agama. Namun, juga terdapat perbedaan vertikal, berupa capaian yang diperoleh melalui prestasi (achievement). Indikasi perbedaan-perbedaan tersebut tampak dalam strata sosial ekonomi, posisi politik, tingkat pendidikan, kualitas pekerjaan dan kondisi permukiman.
Sedangkan perbedaan horisontal diterima sebagai warisan, yang diketahui kemudian bukan faktor utama dalam insiden kerusuhan sosial yang melibatkan antarsuku. Suku tertentu bukan dilahirkan untuk memusuhi suku lainnya. Bahkan tidak pernah terungkap dalam doktrin ajaran mana pun di Indonesia yang secara absolut menanamkan permusuhan etnik.
Sementara itu, dari perbedaan-perbedaan vertikal, terdapat beberapa hal yang berpotensi sebagai sumber konflik, antara lain perebutan sumberdaya, alat-alat produksi dan akses ekonomi lainnya. Selain itu juga benturan-benturan kepentingan kekuasaan, politik dan ideologi, serta perluasan batas-batas identitas sosial budaya dari sekelompok etnik. Untuk menghindari diperlukan adanya konsolidasi antar masyarakat yang mengalami perbedaan. Tetapi tidak semua bisa teratasi hanya dengan hal tersebut. Untuk menuju integritas nasional yaitu keseimbangan antar suku bangsa diperlukan toleransi antar masyarakat yang berbeda asal-usul kedaerahan Selain itu faktor sejarah lah yang mempersatukan ratusan suku bangsa ini. Mereka merasa mempunyai nasib dan kenyataan yang sama di masa lalu. Kita mempunyai semboyan Bhineka Tunggal Ika. Yaitu walaupun memiliki banyak perbedaan,tetapi memiliki tujuan hidup yang sama. Selain itu,pancasila sebagai idiologi yang menjadi poros dan tujuan bersama untuk menuju integrasi,kedaulatan dan kemakmuran bersama.
Atas uraian-uraian tersebut kami mempunyai ide untuk membuat makalah yang berjudul “PENGANTAR ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR”. Dalam hal ini kami ingin menguak sisi positif dalam memulai usaha di bidang perbukuan.

RUMUSAN MASALAH
1.1 Apa itu ilmu sosial budaya?
1.2 Apa itu sistem sosial?
1.3 Bagaimana masyarakat sebagai sub-siratum yang melahirkan konflik?
1.4 Mengapa masyarakat sebagai tertib sosial ( social order )?
1.5 Bagaimana ISBD sebagai alternatif pemecahan masalah?




BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sosial Pengantar Teori Ilmu Sosial Budayai
Menyadari bahwa luasnya khasanah teori ilmu sosial di tuntut sebagai perspektif dalam pengajian ilmu sosial budaya dasar . teori ilmu sosial yang di rasakan penting untuk mengkaji realitas sosial . teori ini di sajikan secara sederhana dan ringkas sifatnya. Untuk mencapai sebuah tujuan materi ini mencoba menghubungkan berbagai paradigm ilmu sosial dengan berbagai tingkat analisis realitas sosial. Dengan usaha ini mahasiswa tidak tersesat di “rimba raya “ teori ilmu sosial maupun realitas sosialnya, minimal tahu dari hal yang spesifik menuju ke hala yang umum. Manusia sebagai realitas sosial apabila di hubungkan dengan paradigm sosial wawasannya sangat luas. Paradigma realitas sosial adalah melihat gambaran yang mendasar mengenai realitas sosial menurut kaca mata ilmu sosial. Tingkatan kenyataan itu ada empat yaitu :
1) Tingkat individual :
Tingkat ini menempatkan individu sebagai pusat perhatian untuk analisa .analisa ini di bagi menjadi dua bagian yaitu tingkat perilaku (behavioral) dan tingkat subjektif. Teori dasar dasar psikologi(sosial) yang mengkaji tingkat individu meliputi
Teori stimulus-respons(S-R) ,toeri sikap,teori peran dan teori lapang (medan) teori stimulus respons ini sebenernya teori stimulus – organisme – respons (S-O-R) karena di akui adanya organisme antara stimulus dan respons. Tokoh teori ini adalah Watson yang menyatakan bahwa objektivitas perilaku individu hanya berlaku pada perilaku yang Nampak (overt). Setiap perilaku pada hakikatnya merupakan tangapan (respon) terhadap rangsang (stimulus) karena itu rangsang mempengaruhi tingkah laku atau bahkan menentukan tingkah laku.intervensi organism terhadap stimulus rangsang, individu ini memilikipotensi berupa kognisi sosial, persepsi sosial, nilai dan konsep.
Teori sikap adalah kecenderungan seseorang untuk bertingkah laku tertentu kalau menghadapi suatu rangsangan tertentu .
Teori peran adalah beranggapan peranan seseorang itu merupakan hasil interaksi dari diri (self) dengan posisi (status dalam masyarakat) .dan dengan peran( menyakut norma dan nilai) dalam teori ini yang terpenting adalah actor (pelaku) dan target (sasaran) yang punya hubungan dengan actor.
Teori medan ( field-theory) adalah berangapan bahwa kehidupan merupakan penentu dari perilaku seseorang kehidupan ini merupakan hasil interaksi manusia dengan lingkungannya.
Teori yang mengkaji individu adalah psikoanalisa dari freud yang membedakan tiga sistem dalam hidup psikis yaitu id,ego, dan superego .istilah ini di kenal sebagai tiga “instansi “ yang menandai hidup psikis.
Instansi pertama Id adalah psikis yang paling dasar terdiri dari naluri naluri bawaan (seksual dan agresif) dan keinginan direpresi.pada Id yang berkuasa adalah kesenangan yang tidak mengenal waktu dan tidak mengenal hokum hokum logika.
Instansi kedua Ego adalah hasil diferensi dari Id karena kontak dengan dunia luar . Ego aktifitasnya dapat sadar,prasadar atau tidak sadar . potensi Ego di kuasai oleh prinsip realitas seperti pemikiran objektif, yang sesuai dengan tuntutan-tuntutan sosial dan rasional yang di ungkapkan melalui bahasa. Tugas dari Ego mempertahankan kepribadiannya adaptasi dengan lingkungan,menghilangkan konflik dengan realitasdan mendamaikankonflik berbagai keinginan agar selaras. Ego berfungsi sebagai penjamin kesatuan pribadi dan alat sintesa.
Instansi ketiga adalah Superego adalah potensi hasil dari proses internalisasi,sehingga menjadi miliknya berasal dari luar dirinya.
Al-Ghazali (abad ke-11) mengemukakan tentang qonflik fitrah manusia 8 abad lebih dulu dari pada teori freud psikoanalisa.yang mengemukakan bahwa manusia mempunyai tiga tahap perkembangan jiwa yaitu :
1) Nafs al amarah bil also adalah nafsu jahat yang mendesak agen normal untuk melampiaskan tuntutan yang tidalk terkontrol atau nafsu yang mengendalikan kejahatan.dalam Al Quran dinyatakan “nafsu ini selalu menyuruh kepada kejahatan” (QS,12:53)
2) Nafs al lawwamah yaitu nafsu yang sadar apabila tuntutan naluriahnya di lampiaskan atas pengaruh nafsu al amarah.Al Quran menyatakan “ dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali(dirinya sendiri) “ (QS,75:2)
3) Nafs al mutham’nah adalah nafsu yang tenang tentram merupakan kepuasan tertinggi dari jiwa. Kepuasan yang lengkap dan bebas dari semua keputusan dan penderitaan.
Kedua teori ini baik dari freud dan Al Ghazali sangatlah menarik untuk mengkaji interaksi individu dengan dirinya sendiri.

2) Tingkat antar pribadi (interpersonal) :
Tingkat ini meliputi interaksi antar individu dengan semua arti yang berhubungan dengan kerjasama, konflik, adaptasi, negoisasi komunikasi simbolis dan hal lain yang menpunyai arti hubungan.tingkatan ini banyak di pelajari ahli sosiologi (interaksionisme simbolik).
Teori ini di pelopori oleh George Herbert Mead (1863-1931) seorang professor dari Chicago.teori ini mempunyai implikasi sosial dan mempunyai cirri pemahaman khusus tentang perspektif. Teori ini muncul sebagai pandangan atas” realitas sosial” teori ini banyak memperhatikan dimensi subjektif dimana kenyataan sosialnya yang muncul dari interaksi di lihat sebagai kenyataan yang di bagun dan bersifat simbolis, inilah yang membedakan kenyataan sosial dengan kenyataan fisik objektif. Teori ini memperhatikan dinamika interaksi tatap muka, saling keberantungan yang erat antara konsep diri individu dengan kelompok kecil, negoisasi mengenai norma bersama dan peran individu , tetapi konsep pokonya di uraikan melalui pengertian “self”,”mind”,”society” dan “action”. Diri(self) adalah nyata suatau proses sebagaimana objek sosial yang lain, diri(self) sebagai objek sosial terbentuk melalui interaksi dalam keluarga .
G.H. Mead membuat tahapan tentang pengembangan diri sebagai berikut
1)      Tahap persiapan
2)      Tahap bermain
3)      Tahap permainan
4)      Tahan kelompok referen
“mind” (pikiran) adalah suatu kesadaran untuk memudahkan pemahaman.”mind adalah intergrasi dari konsep symbol dan self.
Pikiran adalah tindakan yang mengunakan simbol dengan diri ,aktivitas simbolik organism yang langsung di arahkan pada diri sendiri. Mead mengambarkannya sebagai suatu keadaan mental yang terwujud melalui pembicaraanyang merupakan respon intelegen. Blumer menyatakan, bahwa pikiran adalah aktivitas tersembunyi kesadaran. Pikiran terjadi karena adanya interaksi dengan orang lain dalam interaksi itu pikiran berproses untuk memecahkan permasalahan yang timbul dan untuk kembali menyesuaikan diri pada situasi sosial.
Si butani menenkankan bahwa Masyarakat sebagai dunia sosial yang terbentuk oleh individu yang berkomunikasi dengan simbol-simbol. Kelompok adalah tindakan sosial yang timbale balik yang berarti masing masing orang berhubungan . Blumer  mendandai bahwa kelompok sebagai suatu tindakan kerjasama. Masyarakat di artikan juga sebagai tindakan kerja sama untuk memecahkan masalah. Semua ini berarti bahwa masyarakat berpokok pada kesalingbergantungan dimana masing masing anggotanya saling membantu untuk memecahkan masalah dengan demikian masyarakat di bentuk oleh orang orang yang mampu membawakan peran lain dan mengerti tindakan tindakan.
Namun interaksionisme simbolik pun melihat bahwa seseorang di buat oleh masyarakat. Kita di lahirkan dalam kelompok dan kelompok itu tumbuh mempengaruhi kita , yang berarti individu di batasi oleh masyarakat missal bahasa dan sejarahnya atau aturan yang telah ada.
Tindakan adalah pola kelakuan yang terorganisasikan, tindakan di tandai dengan objek objek seperti tindakan objek sosial warriner menyebutkan tindakan sosial di definisikan oleh orang yang di beri nama. Realitas suatu tindakan berlangsung terus menerus suatu proses konstan yang tidak pernah berakhir kecuali kita mati.
Manusia bertindak karena ada tiga alas an pertama karena dia memerlukan untuk bertindak kedua karakteristik pribadi sikap, kepentingan, image-diri mendorongnya untuk bertindak dan ketiga faktor lingkungannya untuk bertindak. Menurut konsep mead tindakan menyangkutkan empat tingkatkan yaitu pertama gerak hati(impulse) kedua persepsi ketiga manipulasi dan yang keempat pertempuran(consummation).
Tindakan di mulai dengan aktivitas tersembunyi yang kemudian mengalir menjadi terbuka,namun tindakan yang sudah terbiasa (habitual action) lebih berhubungan dengan tindakan terbuka karena mendefinisikan situasi menganalisa masa lalu dengan masa depan.  masa lalu dan masa depan adalah bagian dari tindakan,keduanya bagian dari pendefinisian situasi. Masa depan adalah bagian dari tindakan kita memiliki rencana untukbertindak dan konsepsiti ini mempengaruhi tindakan, di samping itu masa lalu pin menjadi kekuatan yang mempengaruhi tindakan.
Membawakan peran orang lain berarti berlatih melihat dunia dari prespektif orang lain , ada empat tingkatan yang berhubungan dengan proses ini pertama adalah tingak persiapan yang menirukan orang lain, yang kedua memainkan  yakni membawakan peran orang lain, yang ketiga bermain yakni telah memasuki situasi dan yang keempat tingkat kelompok referen yakni memiliki peran yang banyak di dunia sosial yang harus di pertimbangkan dalam peran itu.
Ada beberapa poin yang harus di catat mengenai pentingnya membawakan peran orang lain :
1)      Untuk timbulnya kekuatan diri
2)      Untuk menjadi diri dalam segala situasi
3)      Untuk mempelajari prespektif mengenai hal
4)      Untuk bekerja dalam situasi sosial
5)      Untuk menolong seseorang dalam situasi interaksi melalui pengetahuan bagaimana manipulasi mengarahkan dan mengontrol.
6)      Untuk mencintai orang lain
7)      Sebagai dasar untuk kerja sama
8)      Sebagai dasar komunikasi simbolik manusia
Sebelum konsep pokok “self”, “mind”, “society” dan “action” yang di bahas interaksionisme simbolik, juga teori ini membahas interaksionisme individu,masyarakat dan pikiran.pendapatanya di kemukaan dalam lima hal yaitu ;
1)      Individu tidak konsisten pribadinya terbentuk mesti dalam suatu proses dinamik pelaku peubah tidak pernah menjadi suatu tetapi dalam keadaan menjadi individu bukan hasil dari sosialisasi,bukan merupakan perangkat yang tetap tetapi dalam keadaan berubah dalam proses interaksi
2)      Masyarakat dan kelompok tidak sebagai yang statis terpengaruh tetapi termasuk dalam proses interaksi.apa yang di sebut kelompok dalam masyarakat adalah pola yang disimpulkan dari proses interaksi
3)      Individu mempunyai suatu cirri pikiran dan diri tetapi keduanya di konsepkan sebagai proses bukan sebagai kesatuan yang statis.
4)      Manusia mempunyai banyak diri masing-masing berhubungan dan berinteraksi dalam perubahan proses interaksi
5)      Kebenaran ide ide sikap presepsi dan prespektif semuanya sebagai proses berpendapat dari perubahan yang dinamis oleh organism di dalam berhubungan dengan apa yang di selidiki.
Asumsi interaksionisme simbolik yang sederhana dikemukakan oleh blumer sebagai berikut :
1)      Manusia bertindak terhadap sesuatu yang berdasarkan makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka
2)      Makna tersebut berasal dari interaksi sosial seseorang dengan yang lain
3)      Makna tersebut di modifikasi melalui adanya proses penafsiran oleh indi vidu dalam keterikatanya dengan symbol yang di hadapi
Teori lain yang mengkaji masalah hubungan antara pribadi adalah teori interaksi dari simmel (1858-1918) yaitu :
1)      Manusia terbentuk dari jaringan relasi –relasi antar orang sehingga mereka merupakan suatu kesatuan.
2)      Jaringan jaringan relasi itu tidak sama sifatnya
3)      Dalam jaringan relasi tidak selamanya terbentuk integrasi dan harmonis,tetapi dapat pula terjadi kritik oposisi konflik dan lain lain.
4)      Frekuensi interaksi dan kadar interaksi bervariasi ada yang tinggi dan ada yang rendah
Jadi intinya simmel memandang masyarakat adalah produk dari proses interaksi individu individu. Teori yang mengkaji antarpribadi dalam sosiologi adalah Homans dikenal dengan teori pertukaran (exchange theory) antapribadi. Antarpribadi terjadi pertukaran karena adanya internal dan keadaan eksternal ,dasar psikologi pertukaran karena dukungan sosial dan factor penguat ,sehingga terjadi transaksi atau saling member timbale balik memperoleh keseimbangan emosional atas dasar pribadi.
Teori yang lainya adalah teori dramaturgi dari Goffman,menyatakan bahwa individu senantiasa akan mengkontrol kesan kesannya dalam hubungan sosialnya yang di berikan kepada orang lain.
3) Tingkat Struktur Sosial
Tingkat ini bersifat abstrak analisanya di tunjukan pada pola tindakan,jaringan interaksi yang teratur dan seragam dalam waktu dan ruang,posisi sosial dan peran sosial.tingkat ini dapat pula menyangkut institusi sosial dan masyarakat secara umum/ keseluruhan.teori ini di pelopori oleh tokoh klasik Durkheim, Mark dan tokoh modern yang melanjutkan pemikirannya,pelanjut tokoh ini adalah Parson, Merton, Cosser, Collins, Michel, dan lain lain. Tingkat ini memandang secara garis besarnya masyarakat sebagai berikut :
 Masyarakat Sebagaimana Halnya Organisme Hidup
Kosep ini hanya metaphor dalam rangka mempermudah analisis sosiologis. Seperti pendapat  Radelife Brown bahwa struktur berupa hubungan antar individu mempunyai aktivitas berupa tingkah laku konektivitas dan mempunyai fungsi berupa pemeliharaan struktur sosial.
 Sistem Sosial Merupakan Pendekatan Lain Untuk Menganalisis Masyarakat
Tetapi masih merupakan pengembangan dari teori struktur sosial Brown Malinowski dan Durkhein. Teori sistem ini merupakan teori yang di kembangkan oleh Talcott Parson sehingga mencapai puncak yang paling berpengaruh dalam sosiologi di amerika. Teori ini di kenal dengan struktur fungsional yang menganggap manusia sebagai masyarakat merupakan sistem sosial yang terdiri atas bagian bagian yang saling berkaitan dan menyatu dalam keseimbangan .kalau terjadi konflik maka perlu di perhatikan adalah bagaimana cara mendamaikannya sejauh dapat di atasi konflik itu selalu di hindari. Asumsi dasar dari pendekatan struktur fungsional adalah
1.        Masyarakat harus dilihat sebagai suatu sistem dan suatu sistem dari pada bagian bagian yang saling berhubungan stu sama lainnya
2.        Hubungan antara setiap bagian adalah bersifat saling mempengaruhi dan imbal  balik
3.        Sistem sosial cenderung bergerak kearah keseimbangan yang bersifat dinamis artinya menangapi perubahan yang dating dari luar memelihara perubahan yang terjadi agar perubahannya terjadi secara minimal,meski menyadari bahwa integrasi sosial tidak mungkin tercapai secara sempurna.
4.        Sistem sosial selau mengarah kle integrasi sosial melalui penyesuaian ketegangan dan proses instutionalisme.
5.        Perubahan sistem sosial terjadi secara gradual melalui penyesuaian ,kalau terjadi perubahan secara drastic maka yang berubah itu hanya bentuk luarnya saja sendangkan unsur unsure sosial budaya yang dasar tidak berubah.
6.        Perunahan sosial yang terjadi si sebabkan oleh upaya penyesuaian yang di lakukan oleh sistem sosial terhadap pengaruh yang dating dari luar pertumbuhan melalui proses difernsiasi structural dan fungsional dan akibat adanya penemuan baru oleh anggota masyarakat itu sendiri
7.        Daya integrasi yang paling tinggi dari suatu sistem sosial akibat adanya consensus nilai yang merupakan prinsip dan tujuan dasar dari anggota masyarakat.
Teori struktur fungsional sering di sebut teori consensus,hal ini menurut Cohen (1968) teori structural fungsional memiliki serangkaian asumsi eksklusif sebagai berikut :
1. Norma nilai dan nilai merupakan unsure unsure dasar dari kehidupan social
2. kehidupan sosial melibatkan komitmen
3. suatu masyarakat memerulukan keadaan yang kohesif
4. terwujudnya suatu hidup sosial bergantung kepada solidaritas
5. suatu kehidupan sosial di dasarkan kepada resiprositas dan kerja sama
6. suatu system sosial selalu bertahan pada consensus
7. suatu masyarakat selalu mengenal adanya otoritas legitimasi
8. sistem sosial selalu terintegrasikan
9. sistem sosial cenderung untuk bertahan lama
Masyarakat sebagai system sosial karena mempunyai persyaratan seperti : anggotanya lebih dari dua orang terjadi iteraksi di antara mereka memiliki 10 unsur penting (Loomis,1960 dan Bertand,1967) yaitu :
1.        Keyakinan (pengetahuan)
2.        Perasaan (sentiment)
3.        Cita cita atau tujuan
4.        Norma
5.        Posisi kedudukan
6.        Kekuasaan
7.        Tingkatan
8.        Sangsi
9.        Sarana
10.     Tekanan ketegangan
Ke sepuluh unsur system social ini tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya,menyatu membentuk sruktur social itu sendiri. Proses – proses utama yang terjadi di dalam system sosila tersebut dalah komunikasi memelihara tapal batas (boundary maintenance) atau mempertaankan identitasnya,perjalinan system ( kerja sama mencapai kesatuan tunggal),sosilaisasi ( proses penyerapan warisan sosiall budaya), pengembangan (pembatasan tingkah laku) dan perubahan social ( perubahan dalam pola interaksional nilai / budaya dan struktur).
Pengertian system sosila menurut Parson suatu system social akan bekerja secara normal apabila memiliki 4 kondisi dasar sebagai alternatif  atau sebagai 4 masalah yang harus diselesaikan. Dalam hal ini Pasron juga menyebutnya dengan kondisi atau kewajiabn fungsional ( functional imperatives ) atau prasyatar fungsional ( functional prerequisistes ) dan menyangkut tidak hanya organisasi tetapi juga banyak membutuhkan segi kepribadian sebagai anggota masyarakat. Keempat prasayarat fungsional sosila tersebut adalah :
1.        Adaptasi yaitu penyesuaian system terhadap tuntutan lingkungan ( kenyataan ) kondisi lingkungan, dengan memfungsikan sejumlah fasilitas fisik maupun nonfisik.
2.        Pencapaian Tujuan yaitu tujuan anggota suatu sitem sosial,merupakan hasil persetujuan dan prioritas para anggota.
3.        Integrasi merupakan tingkat solidaritas anggota system sosial, mamiliki ikatan emosional yang tidak bergantung pada segi keuntungan (pamrih). Keteraturan perlu ekstensi, masyarakat perlu menjamin koordinasi dan pengawasan di antara unsur – unsur internal di setiap system sosial.
4.        Pemeliharaan pola yaitu setiap masyarakat harus membuat anggotanya memiliki motovasi yang cukup untuk memerankan peranan yang di kehendaki dan menghasilkan komitmen paksaan terhadap nilai  – nilai masyarakat.
Untuk melihat tingkat keseimbangan dan integrasi masyarakat,Parson mengajukan konsep variabel – variabel pola ( pattern variates ) untuk mengklasifikasi atau mengkategorikan norma dan nilai setiap masyarakat. Apakah masyarakat atau individu tandensinya kea rah :
1.        Netralitas afektif
2.        Orientasi diri
3.        Partikularisme
4.        Askripsi
5.        Spesifitas
Fungsi manifest adalah sebab – sebab objektif yang membantu penyrsuaian terhadap system yang di maksud dan diketahui oleh partisipan dal;am sistem. Sedangkan fungsi laten berhubungan dengan hal yang tidaj dimaksud dan tidak diketahui,seperti factor,birokrasi dan lain – lain.
Masyarakat Sebagai Tertib Sosial ( Social Order )
dalam keadaan normal,dapat pula terjadi perubahan atau disorganisasi sosial yang menyebabkan terjadinya bermacam – macam peristiwa seperti berikut :
1.        Konplik Norma. Norma – norma dalam masyarakat dapat terjadi konplik dengan adanya perubahan – perubahan dalam berbagai pola atau aspek lain dari kehidupan yang menyebabkan disorganisasi.
2.        Tingkat perubahan budaya waktunya tidak semua sama,tatapi terjadi”cultural lag”,yaitu tidak sama perkembangan antara budaya meteri dengan mental orang yang budaya tersebut.
3.        Peraturan ( sistem ) yang tidak baik  atau konflik antara manusian dengan lingkungannya ( fisik,soaila, ekonomi,dl)
Teori tersebut berkaitan dengan tertip sosial yang mencakup 4 macam yaitu :
1)      Teori paksa ( coercion ) yang bersaumsi bahwa “ power “ adalah sarana ampuh untuk mencapai tertib sosial. Teori ini menolak tentang realitas keanekaragaman sosial budaya.Paksaan moral kan diterima, apabila nilai – nilainya diterima. Teori ini sering digunakan dengan dalih pembangunan yang mendesak. Akibatnya sering timbul gerakan – gerakan di bawah tangan, persengkokolan kutukan, dan disorganisasi,tertib semu dan ketegangan (laten).
2)      Teori kepentinagn (Coorperation or mutual interest) ( belangen ) berasumsi bahwa masyarakat dapat tertib karena ada kesepakatan sosial dan saling percaya. Teori ini hanya efektif bagi masyarakat pedesaan yang bersifat homogen.Tujuan tertib sosial kepentingan dapat tercapai apabila ada kosensus. Dampak dari teori kepentingan ini tentunya budaya kritik,sehingga aspirasi tidak tersalurkan, yang akan menimbulkan perubahan soaila dengan mental budaya yang kurang menguntungkan misalnya apatis.
3)      Teori kesepakatan atau Kosensus berasumsi bahwa tertib sosial dapat tercapai karena manusia terikat akan norma dan nilai sehingga terjadi kosensus yang bersifat moral. Kelemahan teori ini, kosensus akan dipaksakan pada masyarakat yang bersifat pluralistic,seperti banyaknya unsure – unsure primordial.
4)      Teori Lambat (traagheis) menekan perlunya suatu kondisi yang dapat mempertahankan satus qou. Teori ini bersaumsi bahwa tertib sosial dapat dicapai dengan memperlambat perjuangan unsure pokok kehidupan melalui isu–isu kecintaan,kesetiaan dan disiplin. Teori ini akan menimbulkan perubahan pada segi–segi personalitas, seperti sikap yang mementingakan segi formal ( serba formalitas ) tetapi tidak menyelesaikan masalah.
Masyarakat Sebagai Sub-Siratum Yang Melahirkan Konflik
Konflik adalah kenyataan yang melekat pada masyarakat.Adanya tertib sosial ini seperti adanya sistem nilai yang disepakati bersama, tidak secara otomatis dapat menghilangkan konflik. Bahkan merupakan cermin adanya konflik yang berisifat potensial dalam masyarakat. Kenyataan konflik ini menurut David Lockwood dapat dibuktikan sebagai berikut :
1.        Setiap struktur sosial di dalam dirinya mengandung konflik – konflik dan kontradisi – kontradisi yang bersifat internal seingga dapat merupakan sumber terjadinya perubahan sosial.
2.        Reaksi dari suatu sistem sosial terhadap perubahan yang dating dari luar tidak selalu bersifat mengatur.
3.        Sistem sosial dalam waktu yang panjang dapat mengalami konflik – konflik sosial yang bersifat melakat ( kronis ).
4.        Perubahan soaial yang terjadi dalam suatu sistem soaial tidak selamanya bersifat perlahan ( gradual ), tetapi dapat pula terjadi secara revolusioner.
Pandangn konflik tersebut di atas didasarkan atas anggapan bahwa masyarakat senantiasa selalu dalam keadaan berubah. Perubahan soasial yang terjadi dalam rangka sintesa dari teas – teas yang berkembang pada masyarakat yang bersangkutan. Prosees sintesa yang terjadi merupakan ajang terjadinya konflik. Oleh karena itu pandangan pendekatan konflik terhadap masyarakat bersumber dari anggapan dasar sebagai berikut :
1)      Perubahan sosial merupakan gejala yang melekat pada setiap masyarakat.
2)      Konflik merupakan gejala yang melekat pada setiap masyarakat.
3)      Setiap unsure masyarakat memberikan sumbangan tertentu bagi terjadinya disintegrasi dan perubahan sosial.
4)      Terjadinya integrasi masyarakat,berada pada penguasaan atau dominasi oleh sejumlah orang – orang lainnya.
Pandangan lain tentang konflik, didasarkan pada struktur masyarakatnya sehingga asumsinya berbunyi demikian :
1)      Kepentingan merupakan unsure dari kehidupan masyarakat.
2)      Kehidupan sosial melibatkan dorongan dan perlu terbagi.
3)      Kehidupan sosial melahirkan opsisi dan konflik sosial.
4)      Kehidupan sosial melahirkan kepentingan bagian – bagian.
5)      Diferensiasi sosial melibatkan kekuasaan
6)      Sistem sosial tidak terintegrasi dan ditimpa oleh kontradiksi – kontradiksi.
7)      Sistem sosial cenderung untuk berubah.
Walaupun teori konflik ini menganalogikan masyarakat dengan medan pertempuran yang tidak habis – habisnya, namun teori ini masih memberikan sumbangan bagi integrasi. Hal ini dikemukakn oleh Berge yang di kutip Ritzer (1980), bahwa konflik mempunyai 4 fungsi yaitu :
1)      Sebagai alat memelihara solidaritas.
2)      Membantu menciptakan ikatan analisis dengan kelompok lain
3)      MEngaktifkan peranan individu yang semula terisolasi.
4)      Sarana komunikasi dengan adanya konflik posisi masing – masing lawan yang berkonflik saling diketahui
4) Tingkat Budaya
Tingkat budaya dalam hal kenyataan sosial maksudnya meliputi arti symbol, norma ,dan pandangan hidup umumnya yang dimiliki oleh suatu anggota masyarakat. Sedangkan tingkat budaya itu sendiri memiliki arti meliaht realitas sosial menurut perspektif budaya. Dan istilah Kebudayaan yaitu terdiri dari produk – produk tindakan dan interaksi manusia termasuk karya cipta manusia berupa materi atau non materi. Kebudayaan non materi adalah keseluruhan kompleks yang meliputi pengertian,kepercayaan, seni , moral , hokum, kebiasaan dan kemampuan –kemampuan dan tatcara lainnya yang diperoleh manusia sebagai seorang anggota masyarakat. Menurut Sorokin bahwa kesatuan organis dari gajala bidaya dan tingkat sosio – budaya dianalisa terpisah dari tingkah individu. Pokok pikiran analisis Sorokin maliputi :
  1. Teori kemajuan.
  2. Integrasi sosial dan budaya. Maksudnya arti,nilai,norma dan symbol merupakan kunci untuk memahami kenyataan sosia budaya. Ada saling bergantung antara pola – pola budaya, masyarakat sebagai interaksi dan kepribadian individual. Tingkat tertinggi integrasi dan sistem sosial yang paling mungkiin tercapai didasarkan atas seperangkat arti, nilai norma hokum yang secara logis dan berarti konsisten satu sama lian.
  3. Tipe – tipe mentalitas budaya. Mentalitas budaya merupakan kunci untuk memahami suatu supersistem budaya yang terintegrasi. Apakah hakikat kenyataan terakhir ? Damn jawaban logisnya adalah sebagai berikut :
1.         Kenyataan akhir itu seluruhnya terdiri dari dunia materiil yang kita alami dengan indera.
2.         Kenyataan akhir itu melampaui dunia materiil, artinya bersifat transenden tidak dapat di tangkap sepenuhnya dengan indera.
3.         Diantara kedua kenyataan ekstrim tersebut, artinya kenyataan itu mencakup dunia materiil dan transenden.
Atas dasar tersebut maka muncul pernyataan : “ Apakah kabutuhan manusia itu bersifat fisik tatu spiritual ? “ , “ SEbarapa jauh luas kebutuhan yang harus di penuhi ? “ ,” Apakah penelusuran kebutuhan – kebutuhan manusia itu harus mencakup penyesuaian diri tau penyesuaian linkungan “.
Sehingga munculah 3 tipe mentalitas budaya :
  1. Kebudayaan Ideasional. Dasar pemikiran dari tipe ini bahwa kenyataan akhir itu bersifat nonmateriil,transenden dan tidak dapat ditangkap dengan indera. Dunia ini di liahat dari suatu ilusi, sementara dan bergantumg pada dunia transenden . Dan tingkat yang menyatakan kenyataan akhir merupakn dunia Allah yaitu :
a)      Kebudayaan Indeasional Asketik. Mentalitas ini mmerlihatkan suatu ikatan tanggung jawab untuk mengurangi sebanyak mungkin kebutuhan materiil manusia supay mudah diserap ke dalam dunia trasenden.
b)      Kebudayaan Ideasional Aktif. Mantalitas yang selian menggunakan kebutuhan inderawi juga berusaha mengubah dunia menjadi selaras dengan dunia trnsenden.
1.    Kabudayaan INderawi ( Sensate Culture ).Dasar pemikirannya dari dunia materil yang kita alami dengan indera kita merupakan satu – satunya kenyatan yang ada. Jadi, menyangkal terhadap kenyataan akhir transenden. Mentalis ini meliputi :
a. Kebudayaan Inderawi Aktif . Mentalitas ini mendorong sikap aktif dan giat untuk memenuhi kebutuhan dan materil denagn mengubah dunia fisik sehingga memperoleh kepuasan dari serangan manusia. Mentalitas ini telah mendasari Tekhnologi,kedokteran dan kemajuan ilmiah.
b.Kebudayaan Inderawi Pasif. Mentalitas ini dalah hasrat untuk memperoleh kesengan hidup setinggi – tingginya. Prinsip makan,minum,dan kawin, sebab besuk akan mati. Hal ini adalah “ eksploitasi parasit”.
c. Kebudayaan Inderawi Sinis. Mentalitas ini memperlihatkan dasar usaha yang bersifat munafik menimbulkan pencapaian tujuan materialistic atau inderawi denagn menggunakan sistem nilai transenden yang sebenarnya.
  1. Kebudayaan Campuran. Dasar pemikirannya berdasar pada kumentalitas ideasional dan mentalitas inderawi. Tipe ini terdapat  :
1.    Kebudayaan Idealistik. Mentalitasini merupakan mentalitas organis dari mentalitas ideasional dan inderawi. Kelihatan sedemikian rupa keduanya dapat dilihat sebagai pengertian yang benr dari sapek – aspek tertentu dari kenyataannya. Dari dasar pemikiran itu secara sistematis dan logis keduanya berhububgab.
2.    Kebudayaan Ideasioanal Tiruan ( Pseudo – Ideational Cultural ). Mentalitas ini didominasi oleh pendekatan inderawi dengan unsur – unsur ideasional hidup secara berdanpingan dengan inderawi sebagai suatu perspektif yang berlawanan,TIdak terintegrasi secara sistematis hanya sekedar hidup berdampingan.
Dimensi Perubahan Kultural Meliputi hal – hal sebagai barikut :
a)      Inovasi kebudayaan seperti :
  • Penemuan
  • Peniruan
  • Peminaman alat – alat
b)      Difusi seperti penyimpanan kebudayaan dan difusi secara sadar.
c)      Integrasi seperti penolakan terhadp bentuk – bentuk baru, duplikasi , cara hidup lama dan baru bersama –sama dalam variabel pola – pola penggantian bentuk – bentuk lama dengan bentuk – bentuk baru

2.2 ISBD SEBAGAI MBB DAN PENDIDIKAN UMUM
ISBD : Suatu kajian tentang masalah sosial –budaya yang diharapkan agar mahasiswa memiliki rasa kemanusiaan , menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan secara universal

Mata termasuk kelompok : Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB)
Berdasarkan kurikulum 2002/2003 yang ditetapkan dalam Keputusan Mendiknas No.232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa , Kepmendiknas Nomor 045/U/2002.
Kepmendiknas No.232/U/2000 antara lain menetapkan bahwa :
1.    Kurikulum Inti merupakan kelompok bahan kajian dan pelajaran yang harus dicakup dalam satu program studi yang dirumuskan dalam kutrikulum yang berlaku secara nasional (Ps.7 ayat 2).
2.    Kurikulum inti terdiri atas kelompok (MPK, MKK,MKB,MPB dan MBB) sebagai persyaratan minimal yang harus dicapai peserta didik dalam penyelesaian suatu program studi.
Struktur kurikulum Pendidikan Tinggi Indonesi berubah pada tahun 2000 dari kurikulum nasional dan kurikulum local menjadi Kurikulum Inti dan Kurikulum Institusional.
Komponen MBB yang wajib diasuh dalam setiap program studi dan berlaku secara nasional bertujuan :
-       Mengantarkan mahasiswa mengembangkan kemampuan secara penguasaan tentang :
1. Keanekaragaman , kesederajatan dan kemartabatan manusia sebagai individu dan makhluk sosial di dalam kehidupan bermasyarakat dengan berpedoman kepada kebudayaan melalui pranata pendidikan, serta,
2. Tanggungjawab manusia terhadap sumberdaya alam dan lingkungannya dalam berkehidupan bermasyarakat baik secara nasional, maupun global, yang membatasi tindak kekaryaan seseorang sesuai dengan kompetensi keahliannya.
Paradigma baru sistem pendidikan tinggi Indonesia yang mengibah latar berlakang filosofis serta metodologi proses pembelajaran. Mulai tahun akademiok 2002/2003 diberlakukan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) bagi seluruh program studi di Perguruan Tinggi Indonesia. KBK menekankan kejelasan hasil didik pendidikan tinggi sebagai seseorang yang menguasai :
1.        Ilmu Pengetahuan dan Ketrampilan tertentu.
2.        Penerapan Ilmu Pengetahuan dan ketrampilan dalam bentuk kekaryaan.
3.        Sikap berkarya.
4.        Hakikat dan kemampuan dalam berkehidupan bermasyarakat dengan pilihan kekeryaan.
5.        Nilai-niolai dasar agama, budaya serta kesadaran berbangsa, bernegara, untuk menjadi pedoman bagi penyelenggaraan program studi dalam mengantarkan mahasiswa menghembangkan kepribadiannya.
KOMPETENSI ISBD
Para lulusan  Perguriuan Tinggi diharapkan :
1.        Menguasai pengetahuan tentang keanekaragaman , kesederajatan dan kemartabatan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosila dalam berkehidupan bermasyarakat.
2.        Memahami dan menghjormati estetika, etika dan nilai-nilai budaya yang menjadi pedoman bagi keteraturan dan kesekahteraan hidup dalam menata hidup kebersamaan dalam masyarakat.

1.    Latar Belakang Historis.
ISBD adalah peerpaduan anatara IBD (Ilmu Budaya Dasar) dan ISD (Ilmu Sosial Dasar)
Berdasarkan Kelompok Ilmu Pengetahuan dibagi 3 yaitu:

a.       Kelompok Ilmu Alam (Biologi, Fisika, dll)
b.      Kelompok Ilmu Sosila (Sosiologi, Hukum, Ekonomi,Politik, dll)
c.       Kelompok Ilmu Humaniora (Filsafat, Sejarah, Kebudayaan, Antropologi Budaya,dll)
Mata Kuliah Umum (dahulu MKDU-MKU) a.l
1.        Ilmu Alamiah Dasar
2.        Ilmu Sosial Dasar
3.        Ilmu Budaya Dasar

Ke-tiga matakuliah tersebut bukan sebagai “Body of Knowledge” tetapi suatu pengetahuan/kajian tentang : Masalah alam, masalah social, masalah budaya dengan memakai pendekatan dari Ilmu-Ilmu Alam, Ilmu-Ilmu Sosil, dan Pengetahuan Budaya sasuai dengan  mata kuliah tersebut (IAD, ISD, IBD)

Oleh karena itu mahasiswa dari : Fakultas Teknik, Peternakan (Kelompok Eksakta) tidak mendapatkan mata kuliah ILMU ALAMIAH DASAR, tetapi mendapatkan mata kuliah ISD dan IBD.
Mahasiswa dari FISIP,EKONOMI, tidak mendapatkan matya kuliah ILMU SOSIAL DASAR , tetapi mata kuliah : ILMU ALAMIAH DASAR dan ILMU BUDAYA DASAR.
Mahasiswa dari FAKULTAS SASTRA (FAKULTAS ILMU BUDAYA) , tidak mendapatkan mata kiuliah ILMU BUDAYA DASAR . tetapai mendapatkan mata kuliah ILMU SOSIAL DASAR dan ILMU ALAMIAH DASAR.

SEKARANG : Mahasiswa kelompok EKSAKTA mendapkan mata kuliah : ISBD Dan mahasiswa Kelompok ILmu Sosial dan  Humaniora (Hukum, FISIP, EKONOMI, FIB) mendapatkan mata kuliah ILMU ALAMIAH DASAR.

Hal ini sejalan dengan Tujuan Mata Kuliah ISBD , yaitu :
1.        Agar mahasiswa mempunyai minat kebiasaan untuk menyelidiki segala sesuau yang terjadi dalam liongkungan hidup masyarakat.
2.        Agar mahasiswa mempunyai kesadaran atas nilai-nilai yang dianut dan kesadaran tentang bagaimana huibungan antara nilia-nilai tersebut dalam masyarakat.
3.        Keberanian untuk menerima dan mempertahankan nilai-nilai yang bnaik dan berani menolak 
Nilai-nilai yang negative baik darti lingkungan, kebiudayaan, diri sendiri maupuin kebudayaan asing.
Berdasarkan VIsi, MIsi dan Tujuan ISBD
Visi : Berkembangnya mahasiswa sebagaio kauim terpelajar yang kritis, peka dan arif dalam memehami keragaman , kesederajatan dan kemartabatan manusia yang dilandasi nilai-nilai etika dan moral dalam kehidupan bermasyarakat.
Misi: Membewrikan landasan dan wawasan yang luas , serta menumbuhkan sikap kritis, peka, dan arif pada mahasioswa untuk memahami keragaman, kesederajatan dan kemartabatan manusia dalam kewhidipan bermasyarakat.selaku individu dan makhl;ik social yang beradab sewrta bertanggungjawab terahadap sumberdaya manusia dan lingkungannya.

2.3 ISBD SEBAGAI ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH SOSIAL BUDAYA
ISBD sebagai integerasi dari ISD dan IBD memberikan dasar-dasar pengetahuan sosial dan kosep-konsep budaya kepada mahasiswa, sehingga mampu mengkaji masalah sosial, kemanusiaan, dan budaya, sehingga diharapkan mahasiswa peka, tanggap, kritis serta berempati atas solusi pemecahan masalah sosial dan budaya secara arif.



Manusia dan Masalahnya
Setiap manusia memiliki masalah dan yang membedakan nya adalah volume dan jenis masalahnya. Manusia dapat dikatakan dewasa jika mampu menyikapi masalah – masalahnya.
Manusia memiliki masalah sosial, masalah sosial adalah suatu kondisi dimana terganggunya sebagian besar kehidupan masyarakat dan perlu dicari jalan pemecahannya.

Manusia memiliki masalah karena :
Perkembangan budaya, budaya berasal dari kata budi dan daya. Budi adalah akal, moral, sopan, tata krama. Sedangkan daya adalah unsur perbuatan jasmani/ kekuatan/ kemampuan untuk cipta, rasa, karya, karsa. Jadi perkembangan budaya adalah perkembangan akal, moral, kesopanan , tata krama dalam perbuatan jasmani agar mampu menciptakan, merasakan, membuat karya yang mampu digunakan oleh manusia itu sendiri.
Budaya dibagi menjadi :
1.Fisik
Semua budaya yang berbentuk benda.
2.Non fisik
Berupa aturan, norma, adat – istiadat, sistem sosial. Proses terjadinya aturan, norma, adat – istiadat atas dasar kesepakatan masyarakat setempat dan tidak bersifat universal. Akal yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya.

Dalam ISBD juga mempelajari sistem sosial. Sistem sosial adalah seperangkat aturan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, yang kadang berbenturan juga dengan budaya. Benturan budaya itu adalah priksi budaya ( karena memaksakan budaya/ norma/ kita dengan budaya/ norma orang lain.
Selain itu ISBD juga mempelajari mengenai sanksi. Intinya sanksi itu bersifat menyakitkan.

Sanksi terbagi menjadi :
1.Moral
Hati nurani yang dibayangi rasa bersalah dan berdosa.
2.Sosial
Sanksi dikucilkan masyarakat.
3.Hukum / fisik
Apabila melakukan pelanggaran aturan, norma, adat maka akan diproses dipengadilan dan dipenjara (KUHAP).



BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Di tengah arus reformasi dewasa ini, agar selamat mencapai Indonesia Baru, maka ideologi yang harus lebih diingat-ingat dan dijadikan landasan kebijakan mestinya harus berbasis pada konsep Bhinneka Tunggal Ika. Artinya, sekali pun berada dalam satu kesatuan, tidak boleh dilupakan, bahwa sesungguhnya bangsa ini berbeda-beda dalam suatu kemajemukan.
Maka, Indonesia Baru yang kita citakan itu, hendaknya ditegakkan dengan menggeser masyarakat majemuk menjadi masyarakat multikultural, dengan mengedepankan keBhinnekaan sebagai strategi integrasi nasional. Namun, jangan sampai kita salah langkah, yang bisa berakibat yang sebaliknya: sebuah konflik yang berkepanjangan. Harus disadari, bahwa merubah masyarakat majemuk ke multukultural itu merupakan perjuangan panjang yang berkelanjutan.
III.2 SARAN
Untuk menjaga keharmonisan integrasi bangsa Indonesia,perlu lebih di tingkatkan toleransi antar masyarakat yang mempunyai tingkat keanekaragaman yang sangat tinggi. Selain itu perlu adanya control nasional untuk menjaga keseimbangan nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar